Bait Suci adalah tempat di mana kemuliaan Tuhan dinyatakan atas umatNya.
Sayang, Bait Suci dalam bacaan hari ini telah menjadi puing-puing atau
reruntuhan. Oleh karena itu tanpa kenal lelah nabi Hagai mengajak umat
Tuhan untuk membangun kembali Bait Suci yang telah runtuh itu. Bagaiman
respons mereka? "Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!" (Hagai 1:2).
Orang-orang tidak menanggapinya dengan serius dan cenderung meremehkan
ajakan nabi Hagai. Mereka enggan mendirikan Bait Suci lagi dan lebih
suka mendirikan rumah mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa mereka
lebih mementingkan diri sendiri dari pada perkara-perkara rohani.
Perkara-perkara rohani bukan lagi prioritas utama dalam hidup mereka.
Apakah ini yang disebut dengan kemajuan rohani? Bangsa Israel telah
mengalami kemunduran rohani yang teramat dalam. Pengalaman bangsa
Israel inilah yang mendorong Rasul Paulus untuk mengingatkan jemaat di
Galatia, "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh,
maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua
yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!" (Galatia 3:3-4)
Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang percaya saat
ini; semangat untuk melayani Tuhan sudah semakin kendor, padahal
sebelumnya kita begitu berapi-api bagi Tuhan. Namun setelah semuanya
berjalan dengan lancar kita mulai berubah. Hati kita mulai dingin!
Kini perkara-perkara duniawi lebih menyita sebagian besar waktu kita.
Kita tenggelam dalam kesibukan mengejar materi sampai-sampai waktu
untuk bersekutu dengan Tuhan sudah tidak ada lagi, apalagi terlibat
dalam pelayanan. Kita biarkan Bait Suci menjadi reruntuhan dan kita
sibuk membangun dan mempercantik rumah sendiri. Tuhan berkata, "...tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam
kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan
milik kamu sendiri?" (1 Korintus 6:19). Bukan berarti kita semua harus masuk sekolah Alkitab dan menjadi pendeta atau pelayan Tuhan penuh waktu.
Apa pun yang kita miliki: waktu, tenaga, talenta, karunia, harta dan
sebagainya dapat kita persembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan; jangan
hanya memikirkan kepentingan sendiri saja.