-=Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Kisah Para Rasul 4:12=-

5 Top Up

Air Hidup Keuangan Keluarga PasangIklanoketrik Firman Hari ini Keselamatan

Rabu, 30 November 2011

Menghadapi Masalah Ala Daniel (1)


Ayat bacaan: Daniel 6:11
====================
"Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."

danielTidak ada satupun manusia yang bisa hidup seratus persen tanpa masalah selamanya. Siapapun kita tentu sudah pernah berhadapan dengan kesulitan-kesulitan atau tekanan hidup dalam berbagai bentuk. Ada yang mungkin tengah menghadapi pergumulan saat ini, nanti pun masalah bisa datang sewaktu-waktu. Tidak satupun manusia yang suka berhadapan dengan masalah, tidak terkecuali saya. Tapi saya tahu bahwa dalam hidup kita memang harus siap berhadapan dengan itu, dan saya selalu berusaha untuk mengambil hikmah dibalik setiap permasalahan yang saya hadapi. Minimal lewat masalah itu saya bisa menguji sampai sejauh mana iman saya untuk percaya kepada Tuhan dengan kesabaran penuh dan berusaha belajar sesuatu yang baru dari masalah yang timbul beserta pemecahannya. Ketika kita tidak bisa menghindari sepenuhnya kehadiran masalah menerpa hidup kita pada waktu yang tidak disangka-sangka, apa yang bisa kita lakukan adalah mencermati betul bagaimana cara yang kita ambil untuk mengatasinya. Seringkali karena kita terburu-buru atau panik, kita mengambil langkah-langkah yang salah. Akibatnya, bukan masalahnya yang selesai, tetapi kerap kali kita malah menambah masalah baru dengan keputusan-keputusan kita sendiri yang gegabah. Ada begitu banyak tokoh di dalam Alkitab, dan masing-masing mereka punya masalah atau pergumulannya sendiri-sendiri. Ada yang harus berhadapan dengan orang-orang yang sulit diatur, ada yang mengalami pergumulan iman, ada yang harus menanti cukup lama akan janji Tuhan, ada pula yang harus menghadapi fitnahan dari orang-orang yang iri atau benci terhadap mereka. Hidup bagi para tokoh ini tidak ada yang mulus dan mudah seluruhnya dan hidup di masa sekarang pun tidak kalah sulitnya. Apa yang menarik bagi saya adalah melihat bagaimana cara mereka menghadapi masalah lalu keluar sebagai pemenang. Semua itu tentu bisa kita jadikan pelajaran dan pedoman dalam menghadapi masalah-masalah hari ini.

Apakah anda pernah menjadi korban fitnah? Saya pernah merasakannya dan tahu bagaimana sangat tidak enaknya menghadapi itu. Rasa sirik dan iri hati sepertinya sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia, sehingga pembunuhan karakter lewat tuduhan-tuduhan keji bisa dilemparkan dengan mudahnya hanya karena merasa iri melihat keberhasilan orang lain. Fitnahan bisa begitu kejam sehingga hidup korbannya bisa menjadi hancur. Seringkali mereka hancur sebegitu rupa sehingga sulit untuk bangkit kembali. Orang-orang yang busuk hatinya bisa tega melakukan itu hanya untuk memberi kepuasan terhadap perasaan dengki mereka. Daniel pernah mengalam hal itu secara ekstrim. Dalam dua hari ini mari kita lihat bagaimana cara menghadapi serta mengatasi masalah ala Daniel.

Daniel tercatat sebagai sosok luar biasa dengan banyak kelebihan yang lahir pada masa bangsa Israel mengalami pembuangan dan pengasingan di Babel. Daniel dikatakan sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu di seluruh kerajaannya. (Daniel 1:20) dan diketahui memiliki roh yang luar biasa. (6:4). Kecerdasan Daniel dikatakan melebihi 120 wakil raja dan dua pejabat tinggi lainnya. (6:2-4). Empat kali raja lengser, Daniel masih tetap menjabat. Itu membuktikan bahwa Daniel memang beda. Apa yang membuat Daniel bisa diberkati sedemikian rupa? Alkitab jelas menuliskan jawabannya, yaitu kebiasaan dan disiplin Daniel dalam berdoa. Ayat bacaan kita hari ini menunjukkan hal itu dengan sangat jelas. Daniel ternyata biasa melakukan doa, berlutut dan memuji Allah sebanyak tiga kali sehari. Ada atau tidak ada kegiatan, sibuk atau tidak sibuk, keadaan memungkinkan atau tidak, dia tetap memegang komitmen untuk berdoa dengan disiplin. Tidaklah heran jika  Kebiasaannya berdoa ternyata bisa membawanya menerima anugerah Tuhan secara luar biasa, dan dari sana Daniel pun menjadi orang penting dengan pengaruh sangat besar. Melihat kesuksesan seperti itu, mulailah para pejabat tinggi dan wakil raja yang berjumlah seratus dua puluh orang itumerasa dengki dan iri hati. Mereka lalu mulai mencari-cari kesalahan atas Daniel. Alkitab menyebutkan bahwa mereka tidak mendapati kesalahan apapun. "Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya." (ay 5). Tapi dasar niatnya jelek, mereka terus saja mencari-cari akal untuk menimpakan kesalahan atas Daniel. Akhirnya mereka menemukan sebuah akal untuk menjebak Daniel. "Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!" (ay 6). Dan itulah yang mereka pergunakan untuk menjebak. Mereka tahu betul kebiasaan Daniel dalam berdoa, dan itu mereka pakai untuk menyingkirkan Daniel. Mereka pun datang mengahadap raja dan melancarkan siasat buruk mereka. "Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa." (ay 8). Raja Darius ternyata menyetujuinya. Begitu disahkan, mereka pun langsung bergegas menangkap Daniel.

Saya yakin Daniel tahu ia tengah berhadapan dengan masalah besar ketika mendengar perihal peraturan baru ini. Apa yang menjadi reaksinya? Gentar atau ciutkah dia? Apakah Daniel takut lalu berhenti berdoa atau mulai sembunyi-sembunyi dalam melakukannya? Ternyata tidak. Daniel sama sekali tidak gentar. Dia tidak cemas apalagi takut. Daniel tidak berusaha melarikan diri, berpura-pura tidak berdoa, atau bersembunyi supaya tidak ketahuan. Apa yang dilakukan Daniel menggambarkan sebuah iman yang luar biasa. "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (ay 11). Daniel kemudian ditangkap, dan dimasukkan ke gua singa. namun kita tahu apa yang kemudian terjadi. Daniel selamat tanpa lecet sedikitpun. Kata Daniel: "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (ay 23). Apa yang terjadi pada para wakil dan pejabat berhati busuk yang memfitnah dan menjebak Daniel? "Raja memberi perintah, lalu diambillah orang-orang yang telah menuduh Daniel dan mereka dilemparkan ke dalam gua singa, baik mereka maupun anak-anak dan isteri-isteri mereka. Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka, bahkan meremukkan tulang-tulang mereka." (ay 25).

(bersambung)
Renungan Harian Online

Kamis, 17 November 2011

Apakah Alkitab adalah benar-benar Firman Tuhan?

Jawaban: Jawaban kita kepada pertanyaan ini bukan hanya menentukan bagaimana kita memandang Alkitab dan kepentingannya bagi hidup kita, namun juga pada akhirnya memiliki dampak kekal terhadap kita. Kalau Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, maka kita perlu menikmatinya, mempelajarinya, menaati dan mempercayainya. Kalau Alkitab adalah Firman Tuhan, tidak memperdulikan Alkitab berarti tidak memperdulikan Tuhan sendiri.

Fakta bahwa Tuhan memberi kita Alkitab adalah bukti dan gambaran kasihNya kepada kita. Istilah “wahyu” berarti Tuhan mengkomunikasikan kepada manusia siapa Dia dan bagaimana kita dapat memiliki relasi yang benar dengan Dia. Ini adalah hal-hal yang kita tidak dapat ketahui kalau Tuhan tidak mewahyukannya kepada kita di dalam Alkitab. Walaupun pewahyuan Allah dalam Alkitab diberikan secara progresif dalam kurun waktu kurang lebih 1500 tahun, Alkitab selalu mengandung segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mengenal Allah agar dapat memiliki hubungan yang benar denganNya. Jikalau Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, maka Alkitab merupakan otoritas tertinggi dalam hal iman, keagamaan dan moral.

Pertanyaan yang kita perlu pertanyakan kepada diri kita adalah bagaimana kita dapat mengetahui bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan dan bukan hanya merupakan sebuah buku yang bagus? Apakah keunikan Alkitab yang membuat Alkitab berbeda dengan buku-buku keagamaan lainnya? Apakah ada bukti bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan? Ini adalah jenis-jenis pertanyaan yang perlu diperhatikan jika kita ingin dengan serius meneliti klaim Alkitab bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, diinspirasikan secara illahi, dan sempurna dalam hal-hal yang menyangkut iman dan penerapannya.

Sama sekali tidak ada keraguan bahwa Alkitab mengklaim diri sebagai satu-satunya Firman Tuhan. Hal ini jelas dalam ayat-ayat seperti 2 Timotius 3:15-17 yang mengatakan, “…dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu meneliti bukti-bukti dari dalam (internal) dan luar (eksternal) bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Bukti-bukti dari dalam adalah hal-hal dari dalam Alkitab sendiri yang membuktikan bahwa Alkitab bersumber dari Allah. Salah satu bukti dari dalam bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan adalah kesatuannya. Sekalipun Alkitab pada dasarnya terdiri dari enam puluh enam kitab yang berbeda, ditulis di tiga benua, dalam tiga bahasa, dalam kurun waktu sekitar 1500 tahun, oleh lebih dari 40 penulis (yang berasal dari latar belakang hidup yang berbeda-beda), Alkitab tetap merupakan satu kesatuan, dari depan sampai akhir, tanpa ada kontradiksi. Kesatuan seperti ini berbeda dari buku-buku lainnya dan merupakan bukti asal usul illahi dari kata-kata Alkitab saat Allah menggerakkan manusia sedemikian rupa sehingga mereka mencatat apa yang dikatakanNya.

Bukti dari dalam lainnya yang mengindikasikan bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan dapat dilihat dalam nubuat-nubuat mendetil yang dicatat dalam halaman-halaman Alkitab. Alkitab mengandung ratusan nubuat yang diucapkan dengan detil baik yang berhubungan dengan bangsa-bangsa, termasuk Israel, masa depan dari kota-kota tertentu, masa depan dari manusia, sampai kedatangan Dia yang adalah Mesias, Juruselamat bukan hanya bagi Israel, tapi bagi semua orang yang percaya kepadaNya. Berbeda dengan nubuat-nubuat yang ditemukan dalam kitab-kitab religi lainnya, atau yang dikatakan oleh Nostradamus, nubuat-nubuat Alkitab sangat mendetil dan tidak pernah tidak digenapi. Dalam Perjanjian Lama saja, ada kurang lebih tiga ratus nubuat mengenai Yesus Kristus. Bukan saja dinubuatkan di mana Dia akan dilahirkan dan dari keluarga apa, namun juga bagaimana Dia akan mati dan bangkit pula pada hari yang ketiga. Sama sekali tidak ada cara logis untuk menjelaskan penggenapan nubuat-nubuat Alkitab kecuali bahwa Alkitab berasal dari Allah. Tidak ada buku religi apapun yang memiliki tingkat dan tipe nubuat seperti yang dikandung dalam Alkitab.

Bukti internal yang ketiga mengenai asal usul illahi dari Alkitab dapat dilihat dari otoritas dan kuasanya yang khusus. Sekalipun bukti ini lebih subyektif dibanding dengan kedua bukti pertama, bukti ini tetap merupakan kesaksian yang kuat bahwa Alkitab berasal dari Allah. Berbeda dengan kitab-kitab lain yang pernah ditulis, Alkitab memiliki otoritas yang unik. Otoritas dan kuasa ini dapat dilihat dengan jelas dalam banyaknya hidup yang diubah melalui membaca Alkitab. Pengguna narkoba menjadi sembuh, orang homoseks yang menjadi bebas, orang-orang yang hidupnya berantakan mengalami perubahan, kaum kriminal kawakan yang diperbaiki kembali, orang-orang berdosa yang ditegur, kebencian yang diubah menjadi kasih sayang melalui pembacaan Alkitab. Alkitab memiliki kuasa yang dinamis dan mampu mengubah, yang hanya terjadi karena Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.

Selain bukti-bukti dari dalam bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, ada pula bukti-bukti eksternal (dari luar) yang menunjukkan bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Salah satu dari bukti-bukti itu adalah kesejarahan dari Alkitab. Karena Alkitab memberikan detil dari peristiwa-peristiwa sejarah, kebenaran dan keakuratannya dapat dibuktikan sebagaimana dokumentasi historis lainnya. Melalui bukti-bukti arkeologi dan tulisan-tulisan lainnya, kisah-kisah sejarah dalam Alkitab berkali-kali dibuktikan kebenaran dan ketepatannya. Bahkan semua bukti arkelogi dan naskah-naskah yang mendukung Alkitab, membuat Alkitab menjadi buku dari dunia kuno yang paling banyak didokumentasikan. Fakta bahwa Alkitab dengan akurat dan setia mencatat peristiwa-peristiwa sejarah, yang kebenarannya dapat diuji, merupakan indikasi yang kuat mengenai kebenarannya dalam topik-topik religi dan doktrin dan memperkuat klaim bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan.

Bukti luar lainnya bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan adalah dalam hal integritas orang-orang yang menjadi penulis-penulisnya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Tuhan mempergunakan orang-orang dari berbagai latar belakang untuk mencatat kata-kata yang disampaikanNya kepada kita. Saat kita mempelajari hidup orang-orang ini, tidak ada alasan bagi kita untuk mencurigai bahwa mereka tidak jujur dan tidak tulus. Menganalisa kehidupan mereka dan fakta bahwa mereka bersedia utnuk mati (sering kali mati dengan sangat menderita) untuk apa yang mereka percaya, dengan cepat kita akan melihat bahwa orang-orang sederhana, namun jujur, ini sungguh-sungguh percaya bahwa Allah telah berbicara kepada mereka. Orang-orang yang menulis Perjanjian Baru dan ratusan orang percaya lainnya (1 Korintus 15:6) tahu akan kebenaran dari berita mereka karena mereka telah melihat dan melewatkan waktu dengan Kristus setelah Dia bangkit dari antara orang mati. Perubahan yang terjadi karena melihat Kristus yang bangkit begitu dahsyatnya. Dari sembunyi dalam ketakutan, mereka menjadi orang-orang yang bersedia mati untuk berita yang Tuhan telah nyatakan kepada mereka. Hidup dan kematian mereka menyaksikan fakta bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.

Bukti eksternal terakhir bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan adalah bahwa Alkitab tidak dapat dimusnahkan. Karena pentingnya kitab ini dan karena klaim bahwa kitab ini adalah Firman Tuhan, Alkitab berkali-kali diserang dan berusaha dimusnahkan, lebih sering dibandingkan dengan buku-buku lain dalam sejarah. Dari para kaisar Roma seperti Diokletian, sampai para diktator komunis dan orang-orang ateis dan penganut agnostik zaman modern, Alkitab bertahan dari segala serangan dan sampai sekarang masih merupakan buku yang paling banyak dicetak.

Di sepanjang waktu, para kaum skeptik telah menganggap Alkitab sebagai mitos, namun arkeologi telah membuktikan kesejarahan Alkitab. Para penentangnya menyerang pengajaran Alkitab sebagai primitif dan ketinggalan zaman, namun konsep dan pengajaran moral serta hukum dari Alkitab memiliki pengaruh positif terhadap berbagai budaya dan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Alkitab terus diserang oleh sains, psikologi, dan gerakan-gerakan politik, namun tetap benar dan relevan hari ini sebagaimana pada waktu mula-mula ditulis. Alkitab adalah kitab yang telah mengubah tak terhingga banyaknya hidup dan kebudayaan dalam 2000 tahun ini. Bagaimanapun para penentangnya berusaha menyerang, menghancurkan atau merendahkan Alkitab, Alkitab tetap kokoh dan benar dan relevan sebelum maupun sesudah diserang. Akurasi Alkitab yang tetap bertahan sekalipun ada berbagai upaya untuk merusak, menyerang atau menghancurkannya adalah merupakan kesaksian yang nyata bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Tidak mengejutkan bahwa bagaimanapun Alkitab diserang, Alkitab akan lolos dan tak berubah. Bukankah Yesus telah berkata, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu” (Markus 13:31). Setelah melihat bukti-bukti yang ada, orang dapat mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa, “Ya, Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.”


courtesy of gotquestions

Apa itu Alkitab?

Jawaban: Kata “Bible” (Alkitab) berasal dari Bahasa Latin dan Yunani yang berarti “kitab,” nama yang pantas karena Alkitab adalah Kitab bagi semua orang, bagi segala zaman. Ini adalah Kitab yang tidak ada bandingannya, kitab satu-satunya.

Enam puluh enam kitab yang berbeda membentuk Alkitab. Termasuk di dalamnya kitab Taurat seperti Imamat dan Ulangan; kitab-kitab sejarah, seperti Ezra dan Kisah Rasul; kitab-kitab puisi seperti Mazmur dan Pengkhotbah; kitab-kitab nubuat, seperti Yesaya dan Wahyu, biografi, seperti Matius dan Yohanes, dan surat-surat, seperti Titus dan Ibrani.

Apa itu Alkitab? – Para Penulis

Kurang lebih 40 orang menjadi penulis Alkitab, ditulis dalam periode sekitar 1.500 tahun. Para penulis ini adalah raja, nelayan, imam, pejabat pemerintah, petani, gembala, dan dokter. Dari keanekaragaman ini muncul kesatuan yang luar biasa, dengan thema umum yang dianyam dalam keseluruhan kitab.

Kesatuan Alkitab adalah karena pada dasarnya Alkitab hanya memiliki satu Penulis, Allah sendiri. Alkitab “dinafaskan oleh Allah (2 Timotius 3:16). Manusia selaku penulis menuliskan secara tepat apa yang Allah ingin mereka tuliskan, dan hasilnya adalah Firman Allah yang suci dan sempurna (Mazmur 12:6; 2 Petrus 1:21).

Apa itu Alkitab? - Pembagian

Alkitab dibagi dalam dua bagian utama: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Secara ringkas, Perjanjian Lama adalah kisah mengenai suatu bangsa, dan Perjanjian Baru adalah cerita mengenai seorang Manusia. Bangsa itu adalah cara Allah untuk membawa Manusia itu ke dalam dunia.

Perjanjian Lama menggambarkan berdirinya dan dipeliharanya bangsa Israel. Allah berjanji menggunakan Israel untuk memberkati seluruh dunia (Kejadian 12:2-3). Begitu Israel menjadi suatu bangsa, Allah membangkitkan satu keluarga dalam bangsa itu yang melaluinya berkat akan datang: keluarga Daud (Mazmur 89:3-4). Kemudian dari keluarga Daud dijanjikan seorang Manusia yang akan membawa berkat yang dijanjikan itu (Yesaya 11:1-10).

Perjanjian Baru memerinci datangnya Manusia yang dijanjikan itu. Namanya adalah Yesus, dan Dia menggenapi nubuat-nubuat Perjanjian Lama saat Dia menghidupi hidup yang tak berdosa, mati menjadi Juruselamat, dan bangkit dari antara orang mati.

Apa itu Alkitab? – Tokoh Utama

Yesus adalah tokoh utama dalam Alkitab – seluruh kitab pada dasarnya adalah mengenai Dia. Perjanjian Lama menubuatkan kedatanganNya dan mempersiapkan kedatanganNya ke dalam dunia. Perjanjian Baru menggambarkan kedatangan dan karya keselamatan yang dibawaNya ke dalam dunia yang berdosa.

Yesus bukan sekedar figur sejarah; kenyataannya, Dia lebih dari sekedar seorang manusia. Dia adalah Allah dalam wujud manusia, dan kedatanganNya adalah peristiwa terpenting dalam sejarah dunia. Allah sendiri menjadi manusia demi untuk memberi kita gambaran yang jelas dan dapat dimengerti mengenai siapa Dia. Allah seperti apa? Dia seperti Yesus; Yesus adalah Allah dalam wujud manusia (Yohanes 1:14; 14:9).

Apa itu Alkitab? - Ringkasan

Allah menciptakan manusia dan menempatkannya dalam lingkungan yang sempurna; namun demikian, manusia memberontak melawan Allah dan jatuh dari apa yang diinginkan Allah. Allah menempatkan dunia di bawah kutuk karena dosa, namun segera menjalankan rencana untuk memulihkan manusia dan segala ciptaan pada kemuliaan yang sebelumnya.

Sebagai bagian dari rencana penebusanNya, Allah memanggil Abraham keluar dari Babilonia menuju ke Kanaan (sekitar tahun 2000 SM). Allah berjanji kepada Abraham, anaknya Ishak dan cucunya Yakub (juga disebut Israel) bahwa Dia akan memberkati dunia melalui seorang Keturunan mereka. Keluarga Israel pindah dari Kanaan ke Mesir, di mana mereka bertumbuh menjadi sebuah bangsa.

Sekitar tahun 1400 SM, Allah memimpin keturunan Israel untuk keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa dan memberi Tanah Perjanjian, Kanaan, menjadi milik mereka. Melalui Musa, Allah memberi umat Israel hukum Taurat dan membuat perjanjian dengan mereka: jika mereka setia kepada Allah dan tidak mengikuti berhala dari bangsa-bangsa sekeliling mereka, maka mereka akan makmur. Kalau mereka meninggalkan Allah dan menyembah berhala, maka Allah akan menghancurkan bangsa mereka.

Kurang lebih 400 tahun kemudian, pada masa pemerintahan Daud dan putranya Salomo, Israel mengokohkan diri sebagai kerajaan yang besar dan kuat. Allah berjanji kepada Daud dan Salomo bahwa seorang Keturunan mereka akan memerintah sebagai Raja kekal.

Setelah pemerintahan Salomo, bangsa Israel terpecah. Sepuluh suku di Utara dinamakan “Israel,” dan mereka bertahan kurang lebih 200 tahun sebelum Allah menghakimi mereka karena penyembahan berhala: Assyria menawan Israel pada sekitar tahun 721 SM. Dua suku di Selatan dinamai “Yehuda,” dan mereka bertahan sedikit lebih lama, namun pada akhirnya mereka juga berbalik dari Allah. Babilon menawan mereka pada sekitar tahun 600 SM.

Sekitar 70 tahun kemudian, Allah dengan murah hati membawa sisa-sisa dari orang-orang tawanan ini kembali ke tanah air mereka. Ibukota, Yerusalem, dibangun kembali sekitar tahun 444 SM, dan Israel sekali lagi memperoleh identitas nasional mereka. Demikianlah Perjanjian Lama berakhir.

Perjanjian Baru dimulai sekitar 400 tahun kemudian dengan kelahiran Yesus Kristus di Yudea. Yesus adalah Keturunan yang dijanjikan kepada Abraham dan Daud, Seseorang yang menggenapi rencana Allah untuk menebus umat manusia dan memulihkan ciptaan. Dengan setia Yesus menyelesaikan pekerjaanNya: Dia mati bagi dosa dan bangkit dari antara orang mati. Kematian Kristus adalah dasar bagi perjanjian baru dengan dunia: semua yang beriman kepada Yesus akan diselamatkan dari dosa dan hidup untuk selama-lamanya.

Setelah kebangkitanNya, Yesus mengutus para muridNya untuk memberitakan kabar mengenai hidup dan kuasaNya untuk menyelamatkan. Murid-murid Yesus pergi ke seluruh penjuru dunia menyebarkan kabar baik mengenai Yesus dan keselamatan. Mereka menjelajahi Asia Kecil, Yunani dan seluruh Kekaisaran Romawi. Perjanjian Baru diakhiri dengan nubuat mengenai kembalinya Yesus untuk menghakimi dunia yang tidak percaya dan membebaskan ciptaan dari dosa.


courtesy of gotquestions

Adakah hidup kekal?


Jawaban: Alkitab menunjukan jalan yang jelas untuk mendapatkan hidup kekal. Pertama, kita perlu mengakui bahwa kita telah berdosa kepada Tuhan: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kita semua telah melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan dan pantas menerima hukuman. Karena pada dasarnya semua dosa kita adalah kepada Tuhan yang kekal, maka hanya penghukuman kekal yang pantas kita terima. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).

Namun demikian, Yesus Kristus, Anak Allah yang kekal dan tanpa dosa (1 Petrus 2:22) telah menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14) dan mati untuk membayar hukuman kita. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8). Yesus Kristus mati di salib (Yohanes 19:31-42), dan menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung (2 Korintus 5:21). Tiga hari kemudian, Dia bangkit dari antara orang mati (1 Korintus 15:1-4), menyatakan kemenanganNya atas dosa dan kematian. “Yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Petrus 1:3).

Dengan iman kita harus meninggalkan dosa kita dan berbalik kepada Kristus untuk mendapatkan keselamatan (Kisah Rasul 3:19). Jika kita menaruh iman kita kepadaNya, percaya kepada kematianNya di atas salib untuk membayar dosa-dosa kita, kita akan diampuni dan diberikan hidup kekal di surga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9). Hanya iman di dalam karya Yesus yang telah diselesaikan di atas salib yang merupakan satu-satunya jalan kepada hidup kekal! “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Jikalau Anda ingin menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya dengan percaya kepada Yesus yang dapat menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini hanyalah sebuah cara untuk mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan berterima kasih kepadaNya untuk menyediakan keselamatan Anda. “Tuhan, saya tahu saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah mengambil hukuman yang sepantasnya saya tanggung supaya melalui iman kepadaNya saya bisa diampuni. Saya bertobat dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk keselamatanku. Terima kasih untuk anugrah dan pengampunanMu yang ajaib, untuk anugrah hidup kekal! Amin!”

Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di sini? Jika demikian, klik pada tombol “Saya telah menerima Kristus pada hari ini” di bawah.

Senin, 14 November 2011

Serius Menepati Janji


Ayat bacaan: Matius 5:37
==================
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."

serius berjanjiAda beberapa teman saya yang mudah berkata ya atau berjanji, tetapi mereka jarang menepatinya. Misalnya berkata "Ok, besok saya datang..", atau "segera malam ini saya kirim", tapi ternyata tidak. Banyak orang yang begitu mudah memberi janji atau berkata ya dan kita menganggap mereka serius dengan janjinya, padahal itu mereka anggap hanya sebagai basa basi saja. Melihat sifat mereka, saya pun akhirnya tahu menempatkan diri dengan tidak menganggap serius janji-janji mereka, karena apabila saya meletakkan standar yang saya inginkan mengenai menepati janji, saya tentu akan kecewa dan akan sulit berteman dengan mereka.

Sebuah janji bagi saya merupakan hal yang penting. Jika saya sudah berkata ya, maka saya harus melakukannya apapun resikonya. Namun bagi banyak orang janji punya tingkatan. Ada yang harus, ada yang kalau sempat, ada pula yang basa basi saja. Ada banyak orang pula yang bahkan bersembunyi di belakang nama Tuhan. Kalau mereka tidak melakukan, itu adalah karena Tuhan yang tidak mengijinkan, padahal sebenarnya merekalah yang malas. Ada banyak alasan orang berkata ya dengan cepat tanpa berpikir harus melakukannya. Misalnya karena segan, tidak mau membuat orang lain kecewa, atau alasan lainnya, kita bisa melakukan basa basi atau "lips-service" dengan membuat sebuah janji. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Toh alasan bisa dicari belakangan. Kita menganggap itu wajar dan biasa-biasa saja, namun sifat seperti ini sangatlah tidak dianjurkan dalam Alkitab. Perilaku ingkar janji ini tidak berbeda jauh dengan berbohong. Dan akan hal ini Yesus berkata tegas: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37)."Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one." Ini merupakan hal serius yang harus kita sadari.

Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak bersumpah, yang didasarkan dari 10 Perintah Allah: "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu" (Keluaran 20:16). Kenyataannya, manusia terkadang begitu beraninya bersumpah demi segala sesuatu, bahkan demi Tuhan untuk menutupi  kebohongan. Ini jelas-jelas melanggar firman Tuhan. Tuhan sangat tidak suka jika kita melakukan ini, bahkan dikatakan jijik dengan sikap/kebiasaan seperti ini seperti apa yang dikatakan Daud: "Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." (Mazmur 5:7). Dari ayat ini kita melihat bahwa penipu disamakan dengan pembunuh. Berlebihankah? Saya rasa tidak, karena penipu, orang yang bersaksi dusta, orang yang ingkar janji bisa membunuh harapan, kepercayaan orang, bahkan karakter orang lain. Salomo di kemudian hari mengingatkan lebih lanjut: "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar." (Amsal 19:5). Dan pada suatu ketika, orang-orang pembohong tidak akan luput dari hukuman. Begitu seseorang berbohong, maka Tuhan pun akan menjadi lawannya. (Yehezkiel 13:9).

Kita harus membiasakan diri untuk menepati dan menganggap serius sebuah janji, sekecil apapun hal yang dijanjikan itu. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain. Kita harus mampu menjalani kehidupan yang bisa mendatangkan kepercayaan orang pada diri kita lewat kesetiaan kita dalam menepati janji atau menseriusi kata persetujuan yang kita berikan, dan itu akan jauh lebih terpercaya dibanding berusaha memperoleh kepercayaan lewat sumpah. Demikian pula dengan nazar, yang merupakan janji kita terhadap Tuhan ketika memohon sesuatu. Jangan pernah menunda atau lupa membayar nazar, karena itu juga akan menjadi sebuah kebohongan yang sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan. "Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." (Pengkotbah 5:4). Seperti apa yang diajarkan Yesus, hendaklah kita mau menghormati janji dan senantiasa menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakan tidak. Selebihnya merupakan kebohongan yang datang dari iblis. Jangan bilang ya jika anda tidak serius apalagi dengan memakainya sebagai basa basi saja. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh, like you really mean it. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun. Seperti kata sebuah pepatah bahasa Inggris, "Never make a promise you can't keep", hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk mengacak-acak hidup kita. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati tidak saja mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, tapi juga merupakan sebuah dosa menjijikkan di hadapan Tuhan.

Take each promise seriously and make sure you'll keep itRenungan Harian Online

Minggu, 13 November 2011

Terhubung Dengan Tuhan


Ayat bacaan: Efesus 2:18
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."

terhubungSaya masih sempat merasakan susahnya berkomunikasi orang yang berada di kota berbeda, apalagi di luar negeri. Sarana komunikasi satu-satunya adalah melalui surat yang dikirim lewat pos atau telepon. Belakangan ada pager yang mempermudah kontak antara kita dengan orang lain, lalu handphone atau mobile phone muncul sehingga kita bisa saling berhubungan meski tengah berada di luar rumah, dan text messaging atau sms memungkinkan kita untuk bisa bertukar cerita dengan tarif yang sangat murah. Hari ini para pengguna BlackBerry tentu sudah merasakan keuntungan dengan menggunakan BBM atau BlackBerry Messenger. Surat bisa dikirim via email yang akan sampai di tujuan dalam hitungan detik. Yahoo messenger dan fasilitas chatting lainnya pun membantu kita dalam berkomunikasi. Bahkan kita bisa berkomunikasi sambil melihat lawan bicara kita dengan menggunakan fasilitas internet. Teknologi semakin berkembang membuat komunikasi pun menjadi semakin mudah. Kita tidak perlu bingung lagi untuk menghubungi teman atau keluarga yang berada di belahan dunia lain, karena selain kita bisa dengan mudah menghubungi mereka, biaya yang harus dikeluarkan juga sangat minim bahkan bisa gratis.

Dalam hal hubungan kita dengan Tuhan pun demikian. Dalam Perjanjian Lama kita melihat bahwa manusia butuh perantaraan nabi-nabi yang dipilih Tuhan untuk berhubungan denganNya. Manusia tidak bisa secara langsung melakukan itu akibat dosa yang memutus hubungan antara kita dengan tahta Tuhan yang kudus. Thanks to Jesus, hari ini kita bisa datang berbicara kepada Tuhan dengan mudah, kapan saja dan dimana saja. Kita bisa masuk menghampiri tahtaNya dan berhubungan denganNya setiap waktu. Tuhan Yesus sudah memulihkan hubungan kita yang terputus dari Tuhan akibat dosa sehingga kita tidak perlu lagi harus melalui perantaraan nabi dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kita tidak perlu mengantri, memasuki gedung-gedung tertentu, atau mempersiapkan segala sesuatu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita tidak perlu dijadwal terlebih dahulu untuk melakukan itu. Kita bisa secara langsung menumpahkan isi hati kita, memuji dan menyembahNya, mendengar suaraNya, merasakan hadiratNya yang begitu damai atau memohon pertolongan kapanpun dan dimanapun kita berada. Kita tidak memerlukan perantaraan orang lain untuk menyampaikan suara hati kita. Dan yang lebih luar biasa lagi, Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. Kapan saja kita membuka hubungan dengan Tuhan, Dia akan selalu berkenan untuk dihampiri. Bukankah itu indah?

Tanpa Kristus kita tidak akan pernah bisa mengalami semua kemudahan ini. Paulus mengerti benar akan hal itu dan itu bisa kita lihat lewat apa yang ia katakan: "karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:18). Karena Tuhanlah kita semua, baik orang-orang Israel secara rohani maupun yang berada diluar, oleh Roh Allah yang satu, dapat mendekati Bapa. Hubungan kita yang telah terputus akibat dosa telah kembali tersambung lewat darah Kristus. Tepat ketika Yesus menyerahkan nyawaNya di kayu salib, sesuatu terjadi di Bait suci. "Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 13:38). Itulah pertanda bahwa tidak lagi ada sekat yang membentang antara kita dengan Tuhan. Itulah yang disinggung oleh Paulus. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (Efesus 2:13). Artinya, semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan berhubungan secara langsung kepada Bapa melalui Roh Kudus oleh karena Kristus, dengan perantaraan Kristus. Lebih lanjut Paulus mengatakan "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (3:12). Setiap saat, kapan dan dimana saja, kita bisa berhubungan dengan Tuhan. Ini adalah anugerah yang terlalu besar untuk kita abaikan.

Melalui Kristus, semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan hadirat Tuhan secara langsung. Tuhan selalu menyambut siapapun dengan tangan terbuka tanpa memandang siapa kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dahulu atau latar belakang apapun. Dia siap menyucikan kita kembali agar bisa dengan penuh keberanian memasuki tahta kudusNya. Apa yang perlu kita perbuat adalah mengakui dosa-dosa kita dengan melakukan pertobatan secara total dan menyeluruh, karena sesungguhnya yang memisahkan kita dari Tuhan tidak lain adalah dosa-dosa kita. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Sebuah syarat lain tentu saja dengan percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).  Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita pun akan dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).

"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:8). Dan kedekatan itu sudah menjadi begitu nyata melalui hubungan tanpa hambatan/batas yang telah dimungkinkan lewat darah Kristus. "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:17). Kalau begitu semuanya tinggal tergantung kita. Apakah kita mau memanfaatkan anugerah sebesar ini atau menyia-nyiakannya, apakah ita mau masuk atau masih memilih untuk berada di luar. Yang pasti, pintu sudah dibuka, dan pintu itu terbuka untuk semua orang tanpa terkecuali. Melalui Yesus, kita bisa menghampiri tahta kudusNya kapanpun dan dimanapun. Selama kita mau, tidak ada tempat atau waktu dimana kita tidak bisa menemuiNya. Isn't it great?

Tidak ada pembatas lagi untuk berhubungan dengan Tuhan. Kapanpun dan dimanapun kita bisa. Renungan Harian Online

Sabtu, 12 November 2011

Tak Kenal Maka Tak Sayang


Ayat bacaan: Mazmur 9:11
====================
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN."

tak kenal maka tak sayangKita selalu dianjurkan untuk berhati-hati jika berkenalan dengan teman-teman baru di dunia maya. Himbauan ini tentu ada benarnya, mengingat ada begitu banyak orang jahat yang memanfaatkan dunia ini untuk menipu, menjebak atau memperdaya orang lain. Tapi jika kita mengatakan bahwa dunia cyber ini 100% berisi orang jahat, itupun tidaklah benar. Saya memiliki banyak teman dekat yang kemudian menjadi seperti saudara sendiri yang tadinya saya kenal lewat dunia maya ini. Hampir semuanya melalui proses yang tidak singkat, dimana kita saling mengenal lebih jauh terlebih dahulu untuk bisa sampai kepada sebuah tahapan persahabatan yang erat pada akhirnya. Persahabatan itu kemudian menjadi lebih erat lagi setelah bertemu muka secara langsung. Ketika itulah saya bisa mengenal mereka secara lebih dekat lagi, demikian pula sebaliknya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan "To know is to love" atau dalam bahasa Indonesianya dikatakan "tak kenal maka tak sayang." Semakin dalam kita mengenal seseorang secara pribadi, maka kita bisa semakin percaya kepada mereka, begitu juga sebaliknya. Apakah di dunia nyata ataupun di dunia maya, proses persahabatan yang bermula dari perkenalan awal membutuhkan sebuah proses. Ada yang cepat, ada yang lambat, tetapi biar bagaimanapun kita tetap harus melewati proses itu. Tanpa mengenal dengan baik, pasti sulit bagi kita untuk percaya.

Hubungan antara kita dengan Sang Pencipta pun seperti itu. Bagaimana kita bisa mengaku mencintai Tuhan apabila kita tidak mengenalNya secara dekat? Lalu bagaimana kita bisa mengaku kenal Tuhan jika kita tidak mengetahui firmanNya?  Sejauh mana kita mengenal Tuhan akan akan sangat menentukan seberapa besar tingkat kepercayaan kita kepadaNya. Mengaku percaya mungkin mudah. Lewat lagu-lagu pujian, lewat ucapan di depan orang lain, mungkin mudah bagi kita untuk berkata percaya jika hanya lewat bibir saja. Namun ketika dihadapkan pada realita, mungkin hanya sedikit yang benar-benar percaya lewat iman yang teguh bahwa Tuhan itu ada memelihara kehidupan mereka sehari-hari. Ketika masalah menerpa, ketika badai menghadang, disanalah tingkat kepercayaan kita akan diuji. Begitu banyak orang yang saat ini didera kekhawatiran/ketakutan terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka dikuasai ketakutan yang timbul dari pikiran mereka sendiri karena melihat situasi hanya lewat mata saja. Pada tingkat tertentu itu bisa membuat orang menjadi paranoid. Bukannya percaya pada Tuhan, tapi malah lebih mudah untuk menyerah kepada ketakutan dan kekhawatiran yang menghantui pikiran. Masalah menjadi terlihat jauh lebih besar dibandingkan kuasa yang dimiliki Tuhan. Segala-galanya hanya dipandang dari segi jumlah harta, popularitas atau gengsi saja. Saya bertemu dengan banyak orang yang bersikap seperti ini, bahkan beberapa diantaranya merupakan orang-orang yang melayani Tuhan. Inilah yang mungkin terjadi apabila kita belum mengenal Tuhan secara benar.

Untuk bisa percaya kepada Tuhan, tentu terlebih dahulu kita harus mengenalNya.Daud mengatakan sebagai berikut: "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11). Kunci penting itu disebutkan disini:  Agar kita bisa percaya maka kita harus mengenalNya terlebih dahulu. Bagaimana caranya?

Yang pertama kita bisa mengenal Dia lewat firman Tuhan. Alkitab mencatat begitu banyak keterangan mengenai Tuhan. Mari kita lihat beberapa ayat berikut ini. "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9). Tuhan adalah pribadi yang menciptakan segala sesuatu lewat firman. Kisah penciptaan alam semesta beserta isinya di awal Alkitab menjadi sebuah catatan penting mengenai hal ini. Salomo menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang jauh lebih tinggi dari segala kepintaran dan kecerdasan bahkan kebijaksanaan manusia. "Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN." (Amsal 21:30). Dalam Yesaya dikatakan: "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 3-4) Tuhan adalah Bapa yang setia yang akan tetap mau menggendong, menanggung, memikul dan menyelamatkan kita sampai akhir hayat."Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku"(ay 9). Atau lihatlah Mazmur 23, disana Daud menunjukkan seperti apa ia mengenal Tuhan. Dan tentunya banyak lagi firman Tuhan yang mampu mengenalkan kita secara mendalam kepada siapa Tuhan sebenarnya.

Kemudian selanjutnya, mengenal pribadi Allah bisa kita peroleh lewat pengalaman kita berjalan bersama-sama denganNya. Mengalami langsung kuasa Tuhan dengan penyertaanNya dalam hidup kita. Saya masih bisa menulis renungan saat ini, dan anda bisa membacanya, itu adalah atas karunia Tuhan. Saya percaya semakin taat kita menjalani hidup, maka kuasaNya akan semkakin nyata pula kita rasakan. "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10). Orang yang percaya akan dibenarkan, yang mengaku akan diselamatkan. Ini sejalan dengan ayat bacaan hari ini, bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang yang terus berusaha untuk mengenalNya lebih jauh. Orang yang setia mencari dan merindukan Tuhan adalah gambaran dari orang yang percaya kepadaNya, punya pengharapan tanpa henti, tidak menyerah pada ketakutan dan kekhawatiran. Dan ini akan dimiliki apabila kita mengenal siapa Tuhan itu sebenarnya, seperti apa sebenarnya besar kasihNya kepada kita, seberapa besar Tuhan ingin kita selamat dan mendapatkan bagian di KerajaanNya. Janganlah berhenti dengan percaya sebatas bibir saja, mulailah hari ini untuk mengenal pribadi Allah lebih jauh lagi sehingga dengan iman teguh yang bertumbuh semakin besar kita bisa percaya sepenuhnya dan menerima penyertaan Tuhan secara nyata dalam hidup kita.

To know Him is to love HimRenungan Harian Online

Jumat, 11 November 2011

Blues


Ayat bacaan: Yesaya 53:5
====================
"Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya.."

bluesDalam bahasa Inggris kata blue bukan semata-mata dipakai sebagai salah satu jenis warna tapi juga dipakai sebagai kata yang mengekspresikan kesedihan. Sangat menarik ketika hari ini saya dihadiahi seorang teman sebuah film seri dokumenter mengenai lahirnya sejarah musik Blues, sebuah genre musik besar yang merupakan akar dari segala jenis musik modern yang ada di dunia hari ini.  Musik blues ternyata berasal dari curahan kepedihan para warga berkulit hitam yang dahulu dijadikan budak. Hidup yang penuh penderitaan, kerap mendapat siksaan dan sebagainya. Mereka sempat digeser dari lingkungan pergaulan, tidak boleh bergaul dengan warga kulit putih, bahkan pemisahan itu dilegalkan oleh hukum pada masa itu. Bisa dibayangkan bagaimana tertindasnya mereka hanya karena warna kulit yang berbeda. Ini membuat mereka kemudian mencurahkan perasaan mereka ke dalam sebuah bentuk musik yang tadinya terkesan "asal", dan inilah kemudian yang menjelma sebagai musik blues. Latar belakang musik Blues sangatlah menarik, termasuk perjalanannya tumbuh dari satu kota ke kota lain. Mississippi Blues yang sangat kental dan bersahaja dengan "chord-chord"nya yang unik lalu dikenal sebagai Delta Blues atau D-Blues, lalu ada New Orleans Blues yang masih mirip dengan Delta tapi sudah bercampur dengan African rhythm and melodical pattern, dan terus berkembang hingga Chicago Blues yang lebih "elektrik" dan semakin mendekati rock serta rock n roll, seperti Jimi Hendrix misanya. Musik sebagai sebuah medium ekspresi ternyata mampu menjadi tempat curahan hati dan perasaan kita. Kerap kali lewat lagu kita bisa bergembira, tertawa bahkan menangis mengeluarkan kesedihan yang ada dalam hati kita. "Dalam menanggapi kesedihan kita bisa mengeluh, menangis dan menyalahkan orang atau situasi, tapi kita bisa juga mengekspresikannya lewat nada-nada baik dengan vokal maupun instrumen musik", ujar salah seorang narasumber dalam dokumentasi itu.

Sebuah hidup bukanlah hidup jika tidak ada kesedihan di dalamnya. Ada saat dimana kita memang mengalami kepedihan, kita berduka, murung juga berkabung. Kesepian, rasa perih dalam hati, rasa kehilangan, semua itu bisa membuat kita sulit untuk berbuat apa-apa. Rasa sakit itu bisa menyiksa kita sedemikian rupa sehingga sebagian orang bisa sulit untuk bangkit kembali. Tidak peduli siapapun kita, pada suatu ketika akan merasakan hal seperti ini, bahkan mungkin di kalangan teman-teman pun ada yang sedang merasakannya saat ini. Semua itu wajar kita alami pada suatu waktu, tapi kita tidak boleh sampai lupa bahwa kita tidak sendirian menjalaninya. Ada Tuhan yang begitu peduli akan kesedihan kita yang akan selalu siap menguatkan, memberi kelegaan, memulihkan luka-luka hati kita bahkan menghadirkan pertolongan. Akan halnya bangsa kulit hitam, lihatlah bagaimana mereka diberkati lewat talenta musik mereka. Blues, Marching band, Gospel music, Ragtime, Foxtrott, Dixieland hingga Jazz, semua itu lahir lewat talenta mereka.

Nubuatan yang sangat akurat tentang Yesus tercatat lengkap di dalam alkitab lewat Yesaya. Dikatakan "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Itu berbagai gelar yang disematkan kepada Yesus jauh sebelum kedatanganNya turun ke dunia. Dalam bahasa Inggirsnya dikatakan: "We call him "the Wonderful Councelor, Mighty god, Everlasting Father (of Eternity) and Prince of Peace." Semua itu merupakan gelar luar biasa yang disematkan kepada Yesus, dan itu benar, pantas dan sangatlah layak. Tetapi kita juga harus ingat bahwa selain gelar-gelar tersebut Yesus juga disebut sebagai Hamba Tuhan yang menderita atau "A Man of sorrows and acquainted with grief." Demikianlah judul perikop Yesaya 52:13-53:12. "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:3-5). Perhatikan baik bagian terakhir dari ayat tersebut. Yesus rela mengalami semuanya itu untuk menanggung penyakit-penyakit kita. Sakit penyakit, kelemahan, penderitaan dan kepedihan kita, kejahatan kita, semua Dia tanggung karena kasihNya yang begitu besar kepada kita. Oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh. Yesus tidak pernah dan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian larut ke dalam kesedihan terus menerus. Dia ada, Dia peduli dan Dia siap, bahkan sudah menyembuhkan kita semua.

Tuhan Yesus sudah berjanji untuk memberi kelegaan terhadap kita semua yang berbeban berat. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Lalu lewat bilur-bilurNya kita menjadi sembuh. (Yesaya 53:5). Dan jangan lupa pula bahwa Pemazmur sudah mengatakan sejak dahulu kala mengenai kepedulian Tuhan untuk menyembuhkan kita yang sedang mengalami kepedihan dan patah hati. "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka" (Mazmur 147:3). Semua ini merupakan bukti nyata bahwa kita tidak sendirian dalam mengalami luka-luka hati. Tuhan ada bersama kita, dan Dia akan selalu mau untuk menyembuhkan dan membalut luka-luka kita dengan tanganNya sendiri.

Jika ada di antara anda yang sedang mengalami sesuatu yang menyiksa perasaan atau mengalami penderitaan saat ini, ingatlah kepada Yesus. Jangan pernah lupa bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan kita, untuk menolong kita dan juga untuk menyembuhkan kita. Jangan pernah merasa bahwa Tuhan menutup mata atas kepedihan dan penderitaan dalam hidup kita. Tidak, Dia tidak akan pernah berlaku demikian. Dia sungguh mengasihi kita. Dia senantiasa ada bersama kita, dan siap mengangkat kita keluar dari penderitaan itu untuk menikmati berkat-berkatNya. Pelangi yang indah muncul setelah hujan lebat dan cuaca buruk, dan seperti itu pula hidup kita di dalam tanganNya. Tuhan tetap menyediakan pelangi yang sangat indah dengan warna warninya melukis langit. Para warga kulit hitam yang tertindas ternyata menemukan genre-genre musik baru yang sangat berpengaruh bagi musik bahkan sampai hari ini di balik penderitaan mereka. dan seperti itu pula bagi kita. Ada sesuatu yang indah menanti pada sebuah titik kelak dimana Tuhan menggantikan segala penderitaan itu dengan sukacita yang besar. Kesedihan dan berbagai luka hati lainnya suatu waktu akan kita alami, tetapi jangan biarkan perasaan itu terus menguasai diri anda. Serahkanlah semua kepada Yesus yang akan segera memberi kelegaan, menyembuhkan luka-luka itu dan menggantikannya dengan sukacita kembali.

Yesus memberi kelegaan, menyembuhkan dan memulihkan luka-luka kita
Renungan Harian Online

Kamis, 10 November 2011

Lemah Lembut

Ayat bacaan: Efesus 4:26-27
==================
"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."

lemah lembutMiris rasanya membaca koran setahun terakhir ini. Situasi tidak kunjung membaik malah bisa dikatakan memburuk. Orang bisa bertindak seenaknya tanpa batas. Membunuh, menganiaya menjadi sesuatu yang dianggap biasa hanya karena ingin memaksakan kehendak atau karena memiliki pandangan berbeda. Payung hukum tidak lagi bisa memayungi warganya sendiri. Para pelaku tindak kekerasan leluasa bergerak tanpa kendali, dan aparat berusaha mencari alasan apapun asal tidak menindak mereka. Menyaksikan berita di televisi, surat kabar dan sebagainya saat ini sama seperti menyaksikan luapan kemarahan yang tak terkendali sehingga membunuh pun dianggap pantas dan dibenarkan oleh Tuhan. Setiap hari kita disuguhi berbagai gambaran anarkis dengan wajah-wajah penuh kemarahan, dan itu adalah sebuah gambaran kehidupan di dunia saat ini yang semakin lama semakin menganggap wajar untuk memupuk kemarahan. Semua bertambah parah ketika negara memalingkan muka sejauh-jauhnya. Berbagai alasan pun bisa timbul sebagai dasar mentolerir kemarahan ini. Aspirasi yang tidak kunjung didengar, diperlakukan tidak adil, merasa dirugikan, bahkan ada pula yang menjadi murka karena merasa orang lain tidak sepaham dengan mereka. Alasan-alasan dipakai untuk jadi pembenaran. Kemarahan membuat orang tidak lagi bisa berpikir jernih, dan pada akhirnya bukan saja kemarahan itu bisa merugikan orang lain, tetapi untuk diri sendiri pun kemarahan bisa menimbulkan banyak masalah yang pada suatu ketika kelak akan kita sesali. Jika tidak di dunia, ingatlah kelak kita harus mempertanggungjawabkan perbuatan kita kepada Sang Pencipta segalanya.

Harus diakui bahwa ada saat-saat dimana kita terpaksa harus marah, sebagai ungkapan dari perasaan atau emosi yang terdapat di dalam diri kita. Tetapi sesungguhnya kemarahan tidak dianjurkan sama sekali di dalam Kekristenan. Sedapat mungkin kita harus menghindarinya. Apabila kita harus marah kita harus menjaga jangan sampai kita membiarkan kemarahan itu terus menguasai diri kita secara berkepanjangan sehingga iblis bisa berpesta pora di balik itu. Firman Tuhan berkata: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Perhatikan baik ayat ini. Seringkali ayat ini diambil hanya ayat 26 saja, padhal ayat 27 menunjukkan sebuah akibat yang fatal dari keputusan kita untuk memupuk kemarahan. Lihatlah bahwa ada dosa mengintip dibalik kemarahan kita. Kita amat sangat tidak dianjurkan untuk berlama-lama marah dan jangan lupa pula bahwa kemarahan yang kita biarkan akan menjadi lahan permainan yang sangat menarik buat iblis. It will be a perfect devil's playground. Alkitab mengingatkan dalam begitu banyak kesempatan agar kita tidak membiarkan amarah menguasai diri kita. "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan." (Mazmur 37:8). Panas hati penuh rasa marah hanya akan mengarahkan kita masuk kepada berbagai kejahatan yang nanti akan menyusahkan kita juga. Sementara dalam Pengkotbah kita bisa melihat ayat lainnya yang berbunyi: "Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." (Pengkotbah 7:9). Amarah menetap dalam dada orang bodoh. Oleh karena itu jika kita tidak mau dikatakan bodoh, maka berhentilah memupuk amarah.

Yesus tidak mengajarkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang pemarah. Yesus tidak mengajarkan kita untuk menjadi orang yang memupuk emosi dan tidak akan pernah memberi alasan apapun untuk membenarkan kita merugikan orang lain, apalagi melukai atau membunuh. Sebaliknya dengan sangat jelas kita diharuskan untuk bersikap lemah lembut di muka bumi ini dalam menyatakan kasih. "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5). Singkat dan jelas bukan? Hanya orang-orang yang lemah lembutlah yang akan memiliki bumi. Orang-orang lemah lembut bukan berarti bersikap loyo atau lembek, melainkan menggambarkan orang yang mau tunduk kepada otoritas Tuhan, mau menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam rencana Tuhan dalam segala aspek kehidupan, apakah itu dalam pikiran, perbuatan, perasaan dan perkataan, dan menyerahkan sepenuhnya dalam tuntunan Roh Kudus sembari mengasihi semua orang tanpa terkecuali, meski mereka mungkin berbeda pandangan atau apapun dari kita.

Salah satu contoh orang yang dikatakan lemah lembut adalah Musa, seperti yang tertulis dalam Alkitab: "Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Bagaimana Alkitab bisa menulis seperti itu? Tentu saja ada alasannya, bahkan sangat jelas. It's so obvious. Bayangkan pergumulan emosional yang dihadapi Musa dalam memimpin bangsa yang keras kepala, degil, bebal dan tegar tengkuk ini selama 40 tahun. Itu tentu sangat tidak mudah. Disindir, dihina, dilawan, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari meski bangsa yang dipimpinnya ini sudah berulang kali menyaksikan langsung bagaimana Tuhan menyertai mereka secara nyata. Tapi Musa ternyata sanggup menahan diri hingga sekian lama. Mudahkah itu? Tentu saja tidak. Tapi Musa menunjukkan bahwa ia bisa. Dan kalau kita melihat bagaimana tingkat kemarahan orang di jaman sekarang, maka Musa terlihat semakin bersinar di dalam kelembutan hatinya.

Menahan diri agar tetap lemah lembut memang tidak mudah. Berbagai situasi dan kondisi bisa dengan cepat membuat amarah kita meluap. Ada begitu banyak orang-orang sulit disekitar kita yang akan terus memprovokasi kita lewat perkataan maupun perbuatan mereka. Tapi apapun alasannya, Tuhan tidak pernah mengijinkan kita untuk merugikan orang lain, apalagi menyiksa, menganiaya atau membunuh. Apapun alasannya, itu tidak akan pernah dibenarkan. Malah Tuhan mengatakan bahwa kita harus mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka. (Matius 5:44). Sebagai anak-anak Tuhan hendaklah kita tidak terpancing dan tetap tenang. Miliki hati yang sepenuhnya berpegang pada Tuhan, miliki hati yang lembut yang siap dibentuk, dan cepat atau lambat dunia akan melihat bahwa ajaran kasih dalam Kekristenan sungguh mampu membawa perbedaan ke arah yang lebih baik.

Menjadi pribadi lemah lembut yang penuh kasih adalah gambaran anak-anak Tuhan seperti yang Dia kehendaki
 

Renungan Harian Online

Rabu, 09 November 2011

Mempersembahkan Yang Terbaik


 Ayat bacaan: Maleakhi 1:8a
=======================
"Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?"

memberi yang terbaik, persembahan terbaikMenjelang hari Natal yang tinggal sebulan lagi, toko-toko akan mulai memajang parcel atau bingkisan dalam berbagai ukuran dan isi dengan harga yang berbeda-beda. Parcel merupakan salah satu cara yang kerap dipakai orang untuk menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan selamat dan sebagainya kepada teman, keluarga, atasan, kolega, rekanan bisnis dan orang-orang lain yang kita anggap penting untuk diberikan sesuatu pada perayaan hari besar, termasuk Natal di dalamnya. Parcel itu disusun sedemikian rupa sehingga terlihat indah, berisikan berbagai macam produk atau benda di dalamnya, dan dibungkus dengan rapi dan indah. Bentuk paketnya pun tersedia dalam beragam variasi. Ada yang dikemas dalam produk makanan/minuman, parcel peralatan elektronik, aksesoris, produk kecantikan atau buah-buahan. Ada beberapa toko yang nakal mempergunakan kesempatan ini untuk menghabiskan barang-barang mereka yang sudah kadaluwarsa atau kemasannya rusak. Parcel yang sudah terbungkus rapi dari awal akan membuat pembelinya tidak tahu apakah isinya masih layak dikonsumsi atau tidak. Saya pernah berbisnis parcel bersama beberapa teman saya ketika masih kuliah, dan saya tahu bahwa merangkai produk-produk itu agar terlihat indah tidaklah semudah yang diperkirakan. Satu hal yang pasti, kita akan berusaha memberikan yang terbaik sesuai kemampuan kita untuk mereka yang kita anggap penting untuk diberi bingkisan. Semakin penting orangnya, biasanya paket pun akan semakin mewah pula.

Jika kepada manusia kita berusaha untuk memberikan yang terbaik, bagaimana ketika kita memberi untuk Tuhan? Mari ambil salah satu contoh ketika kita memberi persembahan di Gereja. Seringkali orang tidak memperhatikan kondisi uang yang dimasukkan ke dalam kantong persembahan. Ada begitu banyak uang yang dalam kondisi dilipat-lipat kecil, ada yang kusut, lusuh, bahkan ada yang sobek karena uang tersebut diremas-remas sedemikian rupa terkadang sampai dalam bentuk yang sangat ekstrim. Memang secara nominal uang itu masih utuh dan bisa dipergunakan, namun jelas itu bukanlah dalam kondisi yang baik secara fisik. Jika kita kembali pada parcel di atas, bukankah makanan di dalam parcel itu masih bisa dimakan tanpa disusun rapi? Tapi kita menyusunnya dengan baik, dibungkus indah, karena kita menghormati orang yang diberi dan ingin memberikan yang terbaik buat mereka. Seperti itu pula ketika kita memberi persembahan. Seharusnya kita lebih memperhatikan dengan lebih serius lagi, karena kita memberi persembahan bagi Tuhan. Betul, kita memberikan kepada gereja, dan tidak langsung kepada Tuhan. Tapi bukankah apa yang kita persembahkan itu akan dipergunakan oleh gereja untuk pekerjaan Tuhan, pelebaran kerajaanNya dimana Allah sendiri yang dimuliakan? Bukankah ketika kita memberi persembahan itu sebenarnya kita sedang menunaikan kewajiban kita untuk mengembalikan sesuatu yang menjadi kewajiban kita kepada Allah?

Ayat hari ini diambil dari kitab Maleakhi, dimana Tuhan menunjukkan kekecewaanNya ketika kepadanya dipersembahkan kurban binatang dalam kondisi yang tidak selayaknya Dia terima. Apa yang dipersembahkan orang Israel waktu itu memang keterlaluan. Bukannya memberikan persembahan terbaik, namun mereka malah memberikan binatang yang timpang dan sakit. Yang baik dipakai untuk diri sendiri, sedang yang kondisinya buruk atau sisa diberikan kepada Tuhan. Dan Tuhanpun menganggap itu jahat. "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?" (Maleakhi 1:8a). Tuhan menganggap hal ini sebagai sebuah bentuk penghinaan bagiNya. Selanjutnya Tuhan pun membandingkan dengan pemberian kepada para pemimpin atau orang-orang yang berpengaruh di dunia. "Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam." (ay 8b). Ya, bukankah ironis ketika kita memberi yang terbaik kepada orang-orang yang kita hormati di dunia, tapi di sisi lain kita memberikan asal-asalan kepada Tuhan semesta alam? Katakanlah apabila walikota datang berkunjung ke rumah anda, apakah anda akan asal-asalan menyediakan sesuatu untuk menyambutnya? Rasanya tidak. Jika buat mereka saja kita berusaha memberi yang terbaik, apalagi kepada Tuhan. Ingatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia selalu memberikan rancangan yang terbaik bagi kita, menyediakan yang terbaik bagi kita, bahkan menganugrahkan Kristus, anakNya sendiri untuk menyelamatkan kita. Betapa keterlaluan jika kita membalasnya dengan sekedar memberikan tanpa ada rasa hormat. Tuhan lebih dari sekedar layak untuk dihormati jauh dari itu. Mari kita lihat ayat sebelumnya. "Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?" (ay 6). Singkatnya, Tuhan mempertanyakan kepada kita demikian: "Jika benar Aku BapaMu, dimana penghargaan, hormat dan takutmu kepadaKu?"

Ketika memberi, memberilah dengan sopan dan hormat. Kita memberikan persembahan kepada Tuhan yang bukan saja telah menciptakan kita, tapi juga melindungi, menyertai dan mengasihi kita lebih dari segalanya. Tuhan sangat layak menerima pemberian yang terbaik dari anak-anakNya. Ketika kita memberikan dengan sungguh hati atas besarnya kasih kita kepadaNya, kita seharusnya juga memberikan apa yang terbaik dari kita. Di atas segalanya pemberian yang bisa kita lakukan, Yesus mengingatkan kita bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi manusia seperti diri sendiri jauh lebih baik daripada semua korban. "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33). Lebih dari bentuk persembahan apapun, sesungguhnya bentuk persembahan yang terbaik yang bisa kita berikan tidak lain adalah diri kita sendiri. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Sebegitu seriusnya sehingga dikatakan bahwa persembahan tubuh kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah merupakan ibadah yang sejati, yang sesungguhnya. Sebuah bentuk kehidupan yang menjaga kekudusan, tidak terpengaruh oleh berbagai tawaran di dunia, terus berusaha untuk menjadi lebih baik, mampu membedakan kehendak Allah, dan tahu apa yang berkenan dan sempurna untuk diberikan kepada Allah, itulah tubuh kita yang layak dipersembahkan kepada Tuhan.

Dalam bersyukur kepada Tuhan, hendaklah kita memberi yang terbaik kepadaNya dengan penuh hormat dan takut, karena kita mengasihiNya. Kita bisa memberi sesuatu yang terbaik yang bisa kita berikan, tapi ingatlah bahwa lebih dari semua itu, persembahkanlah hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Bukan hidup yang acak-acakan dan penuh dosa, tapi sebuah hidup yang kudus dan bersih, hidup yang bertumbuh dan berbuah dalam Roh, sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Allah sudah memberikan segala yang terbaik untuk kita. Mari kita melakukan giliran kita untuk memberikan segala yang terbaik pula bagi Tuhan.

Give nothing but the best to the Lord

Renungan Harian Online

Selasa, 08 November 2011

Relatifnya Waktu


Ayat bacaan: Kejadian 29:20
======================
"Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel."

relatif waktuSaya pernah menulis bahwa dalam satu hari ada 86.400 detik yang kita lalui. Kecepatan waktu itu berlaku sama bagi setiap orang tanpa terkecuali. Tapi pernahkah anda merasa bahwa waktu itu terkadang sangat relatif? Ada kalanya kita merasa waktu berlalu begitu cepat, tapi sebaliknya kita pun pernah merasa waktu berjalan sangat lambat. Apakah satu jam terasa lama atau singkat biasanya akan sangat tergantung bagaimana perasaan kita terhadap apa yang kita lakukan dalam jangka waktu tersebut. Apabila kita melakukan sesuatu yang menyenangkan maka waktu bisa terasa pendek. Sebaliknya ketika kita sedang bosan atau tidak menyukai kegiatan di dalamnya, maka waktu bisa terasa berjalan sangat lamban, seolah jam bergerak dalam slow motion atau bahkan macet tak bergerak. Bayangkan ketika anda tengah bersama kekasih yang sangat anda cintai pada saat masih pacaran, bukankah anda sering merasa bahwa waktu begitu cepat berlalu? Baru saja anda ketemu, tiba-tiba harus berpisah. Waktu seakan begitu kencang berjalan. Sebaliknya ketika anda tengah menanti antrian, waktu bisa terasa panjang. Ketika anda tengah mengantuk di gereja atau merasa kotbah yang disampaikan membosankan, waktu rasanya begitu lama berlalu. Tapi ketika anda antusias mendengarkannya, apalagi kalau pendetanya pintar menarik perhatian jemaat, maka anda pun akan merasa waktu berjalan dengan sangat cepat.

Adalah menarik melihat sekelumit kisah percintaan antara Yakub dan Rahel di Kejadian 29. Lihatlah ayat bacaan hari ini: "Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel." (Kejadian 29:20). Bukan tujuh jam, bukan tujuh hari, tapi tujuh tahun lamanya Yakub harus bekerja di rumah Laban, ayah Rahel agar bisa menjadikan pujaannya sebagai istri. Tujuh tahun itu bukanlah waktu yang singkat. Jika kita bisa menggerutu di saat menunggu antrian dua jam saja, bagaimana jika harus bekerja cuma-cuma untuk menanti kesempatan yang kita harapkan tiba? Tapi Yakub melakukan itu dengan senang hati. Apa yang menggerakkannya? Ayat tersebut secara jelas menyebutkan alasannya, yaitu "karena cintanya kepada Rahel". Dan lihatlah betapa relatifnya waktu itu bagi kita. Yakub merasa tujuh tahun itu bagaikan beberapa hari saja, dan adalah dorongan cinta yang bisa membuat waktu itu serasa cepat berlalu. Cinta ternyata dapat memperpendek waktu. Meskipun waktu dalam keadaan riil berjalan sama cepatnya bagi setiap manusia, tapi waktu bisa seolah cepat atau lambat, tergantung perasaan kita. Yang jelas, jatuh cinta bisa membuat waktu terasa sangat pendek. Saya yakin kita semua pun pernah merasakan hal yang sama ketika jatuh cinta.

Dalam hubungan antar manusia hal itu bisa kita rasakan, bagaimana dengan hubungan kita dengan Tuhan? Terasa singkat atau lamakah waktu yang kita gunakan untuk bersekutu dengan Tuhan di saat-saat teduh kita? Misalnya setengah jam saja sehari, terasa cepat atau lambatkah itu bagi kita? Apakah kita memiliki kerinduan terus menerus untuk bersekutu denganNya atau terasa membosankan? Ini adalah pertanyaan yang sesungguhnya sangat penting dan sangat menentukan seperti apa kuatnya kita berjalan dalam hidup ini dan sejauh mana kita berada di jalur yang tepat menuju keselamatan kekal.

Kekuatan dan kesetiaan kasih Tuhan bagi kita sesungguhnya sudah jelas. Tuhan selalu rindu berada dekat dengan kita. Dia sudah berulang-ulang berjanji tidak akan pernah meninggalkan kita, dan Tuhan selalu pegang janjinya. Jika dalam lembah kekelaman sekalipun Tuhan tidak meninggalkan kita, bagaimana mungkin Dia membiarkan kita sendiri menghadapi berbagai kesulitan hidup? Yakobus menyadari hal itu. Karenanya ia pun menyatakan "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." (Yakobus 4:8a). Daud sudah membuktikan itu jauh sebelumnya. Kita bisa melihat bagaimana kedekatan atau keintiman yang terbangun antara Daud dengan Tuhan hampir disepanjang kitab Mazmur. Begitu harmonis, begitu dekat, begitu indah. Lihatlah bagaimana Daud menggambarkan kedekatannya dengan Tuhan. "Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau." (Mazmur 63:3). Bagi Daud, kasih setia Tuhan lebih besar dari hidup itu sendiri. God's love is actually larger than life. Jika anda mencintai seseorang dengan begitu besar, hingga rela mengorbankan nyawa anda sekalipun demi dia, Tuhan pun mengasihi anda, bahkan lebih besar dari itu. Jika anda merasa waktu berjalan singkat ketika anda tengah berada dekat dengan orang yang anda cintai, seharusnya seperti itu pula yang anda rasakan dalam setiap momen-momen pribadi yang anda ambil untuk bersekutu dengan Tuhan.

Apa yang penting untuk kita pikirkan adalah sejauh mana kita mengasihi Tuhan, yang sudah mengasihi kita sedemikian besar terlebih dahulu justru di saat kita masih berdosa. "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kita diangkat menjadi anak-anakNya sejak semula oleh Kristus, dan itu merupakan bentuk kasih Tuhan yang nyata bagi kita. "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya." (Efesus 1:5-6). Jika demikian semuanya tergantung kita. Mari kita periksa diri kita apakah kita masih merasakan kasih mula-mula atau sebenarnya tanpa kita sadari kasih kita itu sudah mulai mendingin? Apakah saat ini anda masih merasakan gairah dalam bersaat teduh atau merasa bosan, terpaksa atau bahkan sering tertidur? Apakah anda masih mengisi banyak waktu dengan doa sebagai saluran dialog dengan Tuhan atau merasa bahwa itu bukan lagi hal yang penting dibandingkan aktivitas-aktivitas lainnya sehari-hari? Dari ukuran kecepatan waktu yang kita rasakan ketika bersekutu dengan Tuhan, sebenarnya kita bisa mengetahui dimana posisi kita saat ini. Bila kasih kita kepada Tuhan berkobar-kobar, setengah jam saja akan terasa terlalu singkat. Sedangkan jika kasih itu mulai pudar, maka setengah jam akan terasa sangat lama dan buang-buang waktu. Bagi yang mulai merasa jauh dari Tuhan, mulai kehilangan motivasi, kehilangan semangat untuk bersekutu denganNya, Tuhan masih membuka kesempatan untuk berbenah. "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 4:5). Mari kita pulihkan kembali kasih mula-mula kita. Kembalilah miliki kasih yang begitu besar, menggelora dan berkobar kepada Tuhan, dan rasakan kembali betapa waktu seolah terlalu singkat bagi kita dalam menikmati hadiratNya yang kudus.

Waktu bisa sangat relatif, tergantung dari perasaan kita ketika melakukan sesuatu dalam sebuah rentang waktu


Renungan Harian Online

Senin, 07 November 2011

Musik Merdu tanpa Makna


Ayat bacaan: Yehezkiel 33:32
======================
"Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya."

musik tanpa maknaMusik dan lagu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup saya. Bukan hanya karena profesi saya memang berkecimpung di dunia musik tetapi juga karena sejak kecil saya senang mendengar alunan lagu baik dengan vokal maupun instrumental hampir setiap saat. Di mobil, di rumah, ketika bekerja, ketika bersantai, di tengah kesibukan, selalu ada saja lagu yang menemani saya. Ada lagu yang lembut, ada yang cepat. Ada yang enak dipakai santai, ada yang bisa membuat semangat terbakar atau bahkan provokatif. Ada lirik yang menggugah, mendidik ada pula yang menyesatkan. Jumlah nada cuma ada tujuh, tetapi tak terhitung jumlah lagu yang ada di muka bumi ini. Sebagai pendengar atau penikmat lagu, kita pun bisa memilih apakah kita mau memperhatikan lirik-liriknya dan kemudian melakukan apa yang dinyanyikan, atau hanya menyukai musiknya tanpa memperhatikan apa yang dikatakan disana. Bisa menyanyikan luar kepala pun belum tentu membuat kita serta merta menyerap atau mengerti apa yang terkandung didalamnya. Ada banyak lagu yang berisi lirik yang membangun, inspirasional, ada pula yang mengajarkan hal-hal jahat. Apapun bentuknya, kita sendiri yang memutuskan apakah kita memperhatikan isi lagu itu dengan cermat atau tidak. Seyogyanya kita bisa mendapat bahan perenungan, pelajaran dari lagu-lagu yang berisi pesan yang baik atau setidaknya termotivasi lewat pesan tersebut, dan menjaga agar tidak terpengaruh pesan-pesan yang buruk. Tetapi sekali lagi, semua tergantung dari kita, karena kita pun bisa saja hanya menjadi pendengar pasif yang cuma menikmati melodi atau merdunya suara yang bernyanyi tanpa mempedulikan isinya.

Tak terasa kita sudah mendekati bulan terakhir dari tahun 2011. Ada banyak orang yang sebentar lagi akan mulai menyusun daftar "New Year Resolution" mereka, berisi hal-hal yang mereka targetkan untuk dilakukan atau dicapai dalam setahun ke depan. Ada di antara kita yang memasukkan keinginan untuk semakin dekat dan taat lagi kepada Tuhan dalam daftar itu, atau lihatlah seorang teman saya yang mencanangkan tahun depan sebagai tahun "tiada hari tanpa Firman". Resolusi tahun barunya adalah mengisi setiap hari dengan ayat-ayat dalam Alkitab, setidaknya satu dua ayat tiap hari. Itu target yang sangat baik tentu saja, karena itu adalah sarana yang termudah bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan, mendengar suaraNya. Dengan membaca firman Tuhan kita akan lebih mengenal pribadi Tuhan, mengenal kehendakNya dan lebih kuat menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin menghadang di depan. Tapi akan jauh lebih baik lagi agar kita tidak berhenti sampai di situ saja. Alangkah sia-sianya jika kita hanya membaca dan menganggap firman-firman itu bagaikan "lagu merdu" yang terdengar indah tapi tanpa makna, karena tidak ada iman yang menyertai kita dalam menerima Firman-Firman Tuhan tersebut. Hanya berhenti sampai membaca tapi tidak menjadi pelaku Firman itu akan menjadikan semuanya sia-sia saja. Dan Yakobus sudah mengingatkan hal itu. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22).

Ada banyak orang yang suka mendengar kotbah tapi tidak mau melakukan. Mereka senang dan tertawa ketika kotbah terdengar lucu tapi tidak berminat menangkap esensi Firman Tuhan yang terkandung di dalam kotbah tersebut. Yehezkiel adalah seorang nabi yang pernah mengalami hal tersebut. Ia berbicara dan terus berbicara pada sekelompok orang yang suka mendengar tapi tidak mau melakukan. Dan Tuhan pun berkata pada Yehezkiel: "Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram. Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya." (Yehezkiel 33:31-32). Kelompok orang-orang Israel ini suka mendengar pesan Tuhan. Mereka duduk berkerumun seperti kita yang tengah mengikuti ibadah hari Minggu di gereja. Mereka familiar dengan suara Tuhan, bahkan mereka bisa mengatakan kata-kata berisikan cinta kasih, tetapi sesungguhnya semua itu hanya berhenti di telinga dan paling jauh di bibir saja. Mereka terus mencari keuntungan dengan hal-hal yang haram, mereka tetap tidak menuruti atau melakukan Firman yang mereka dengar tersebut.

Ingatlah bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20), bahkan berarti mati. (ay 26). Adalah baik untuk rajin membaca firman Tuhan, tapi jauh lebih baik lagi jika kita mau melakukannya. Menjadi pelaku firman akan membuat iman kita hidup dan mengalami Tuhan dalam setiap langkah kita. Ini penting. Karena kita tidak tahu bagaimana kondisi yang akan kita hadapi dalam setahun ke depan. Dunia semakin sulit, hidup semakin sulit. Dengarlah pesan Kristus berikut ini: "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27). Perhatikan bahwa Yesus tidak berhenti pada perkataan "mendengar", tapi melanjutkan kalimat dengan "melakukannya". Inilah yang akan membuat kita kokoh, kuat, tegar dan mampu bertahan menghadapi badai kesulitan yang menghadang di depan. Kita tidak perlu takut akan masa depan, karena bagi orang yang mendengar dan melakukan selalu ada jaminan penyertaan Tuhan. Di dalam Kristus selalu ada pengharapan, pertolongan dan keselamatan. Janji Tuhan ini tidak tergantung dari besar kecilnya masalah yang menimpa anda dan saya, tidak tergantung dari tingkat kesulitan yang di hadapi. Tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan, dan Dia sanggup mengangkat kita tinggi-tinggi melewati kesulitan ekonomi dan kesulitan lainnya yang sedang menimpa dunia. Jangan berhenti hanya pada target untuk lebih rajin lagi membaca Alkitab, tapi miliki tekad untuk melakukan firman Tuhan. Mari kita melangkah memasuki tahun yang baru dengan keyakinan teguh. Berjalanlah dan hiduplah sebagai pelaku firman agar kita semua mampu melewati tahun yang berat dengan penuh sukacita bersama Tuhan.

Jangan biarkan Firman Tuhan berlalu hanya bagai lagu yang merdu tanpa makna, tetapi hidupilah dalam setiap langkah yang kita ambil

Minggu, 06 November 2011

Keadaan Sentosa


Ayat bacaan: Yeremia 22:21
=======================
"Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: "Aku tidak mau mendengarkan!" Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!"

sentosaKata sentosa adalah salah satu kata yang semakin menghilang dari kosakata kita. Dahulu kata ini sering dipadankan dengan kata sehat. Sentosa diartikan sebagai keadaan yang bebas dari segala kesukaran, masalah, atau bencana. Sentosa berarti suatu situasi yang makmur, sejahtera, aman, damai dan tenteram tanpa masalah. Bukankah ini kondisi yang selalu kita inginkan? Bebas dari masalah, hidup tenang tak berkekurangan. Tuhan ingin kita semua pun bisa mengalami keadaan sentosa seperti itu dalam hidup kita. Daud tahu itu dan berkata seperti ini: "Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa." (Mazmur 112:6).  Pertanyaannya, apakah ketika kita sedang berada dalam keadaan sentosa kita masih mengingat Tuhan? Sayangnya kecenderungan sebagian orang adalah tidak. Banyak orang yang akan terlena dalam kenyamanan atau keadaan sentosa kemudian malah menjadi sombong dan menganggap bahwa ia tidak butuh siapa-siapa lagi, termasuk Tuhan. Gaji sudah lebih dari sekedar cukup, pekerjaan baik dan mapan, keluarga baik-baik saja, anak-anak sukses dalam studi, karir dan kehidupannya, semua sehat, lalu apa lagi yang harus ditakutkan? Banyak orang yang kemudian melupakan Tuhan dan menyimpan Tuhan hingga nanti ada masalah lagi. Buat apa memberi waktu untuk Tuhan? Toh semua sedang berjalan dengan baik. Posisi Tuhan dijadikan sesuatu yang tidak lebih dari penolong, tempat meminta atau bahkan bodyguard. Tuhan hanya dicari ketika sedang berada dalam pergumulan, kesulitan, bisnis merugi, usaha bangkrut, gagal dalam studi atau karir dan hal-hal buruk lainnya. Ketika hidup menjadi baik kembali, dengan segera Tuhan pun kembali dilupakan.

Ayat yang saya jadikan bahan renungan hari ini berbicara keras mengenai orang-orang yang terlena dalam keadaan sentosa. Kuping sering menjadi tebal, hati mengeras dan menjadi bebal, semua karena hidup tengah berjalan baik-baik saja. Ini keadaan yang berbahaya yang juga dialami oleh penduduk Yerusalem di masa Yeremia. Maka Yeremia pun menegur dengan keras "Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: "Aku tidak mau mendengarkan!" Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!" (Yeremia 22:21). Pesan ini masih sangat relevan hingga hari ini, karena sepertinya memang sudah menjadi kebiasaan manusia untuk cenderung santai ketika hidup sedang sentosa. Dulu seperti itu, sekarang pun sama. Mencari Tuhan ketika kita sedang mengalami masalah tentu tidak salah. Justru kita harus mengandalkan Tuhan dalam keadaan apapun termasuk ketika masalah tengah melanda kita. Tetapi apakah kita masih mau tetap dekat denganNya ketika hidup kita tengah sentosa? Apakah kita harus menunggu terlebih dahulu hingga musibah menimpa kita, ketika angin ribut atau badai mulai menimbulkan gelombang tinggi dalam lautan kehidupan kita baru kita mau datang kepada Tuhan dan kembali bersungguh-sungguh mengikutiNya? Tidakkah jauh lebih baik apabila kita tetap bersamaNya baik dalam suka maupun duka?

Di dalam kitab Ulangan kita mendapati pesan yang sama agar tidak terlena di dalam keadaan sentosa dan lupa kepada Tuhan. "Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan." (Ulangan 6:10-12). Ingatlah bahwa segala kenyamanan dan kebaikan berasal dari Tuhan, dan karenanya kita harus tetap bersyukur dan jangan pernah melupakanNya. Lalu ingat pula tugas kita sebagai duta-duta Kerajaan Allah. Bukankah seharusnya kita justru bisa lebih berfungsi lagi menjadi saluran berkat ketika kita sedang dalam keadaan sentosa? Pesan yang sama kembali disampaikan dalam Ulangan pasal 8. Bacalah pasal ini dan kita akan melihat bahwa pesan ini sangat serius sebagai peringatan agar kita tidak terlena seperti kecenderungan kita sebagai manusia untuk melupakan Tuhan ketika hidup sedang makmur, aman, damai dan tentram. "Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (8:18). Dan pasal ini ditutup dengan peringatan apa yang bisa terjadi apabila kita melupakan Tuhan. "Tetapi jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa; seperti bangsa-bangsa, yang dibinasakan TUHAN di hadapanmu, kamupun akan binasa, sebab kamu tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu." (ay 19-20). Tidak ada satupun dari kita yang ingin hidup bergumul dengan masalah terus menerus. Tetapi berhati-hatilah ketika hidup sedang baik, agar semua itu tidak membuat kita malah hancur dan kehilangan semua janji Tuhan.

Apabila saat ini anda sedang berada dalam keadaan sentosa, pujilah Tuhan, bersyukurlah untuk itu. Jangan berpaling dari Tuhan, jangan lupakan Dia yang telah memberikan segalanya bagi anda. Lihatlah bahwa disekeliling anda masih banyak orang yang sangat membutuhkan pertolongan dalam banyak hal. Ada banyak orang yang masih sangat merindukan keadaan sentosa. Masih ada banyak yang tengah berlayar di tengah badai kehidupan yang kejam. Dan kita sebagai duta-duta Kerajaan surgawi seharusnya mampu berbuat sesuatu bagi mereka, dalam bentuk apapun sejauh yang kita sanggup. Dan yang tidak kalah penting, janganlah mengeraskan hati dan menebalkan telinga, janganlah menjadi bebal, karena kita sendiri yang akan menyesal ketika situasi tiba-tiba berbalik pada suatu ketika. Sungguh pesan Tuhan sangat jelas lewat firmanNya. "Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7). Haruskah kita menunda untuk membangun hubungan yang sangat erat dengan Tuhan sampai masalah keburu hadir menimpa diri atau keluarga kita? Jangan tunggu sampai Tuhan menegur kita. Jika anda saat ini sedang berada dalam keadaan baik, ingatlah selalu kepada Tuhan dan jadilah saluran berkat bagi sesama, muliakan Tuhan dalam segala yang anda lakukan dan tetaplah miliki hati yang lembut untuk mendengar suaraNya, hari ini juga. Letakkan hubungan dengan Tuhan di atas segalanya, karena semua terletak di dalam tanganNya.

Berada dalam keadaan sentosa merupakan saat yang sangat baik untuk bersyukur dan menjadi saluran berkat yang luar biasa


Renungan Harian Online

Apa empat hukum rohani itu?

Pertanyaan: Apa empat hukum rohani itu?

Jawaban:
Empat Hukum Rohani adalah cara untuk membagikan kabar baik mengenai keselamatan yang tersedia melalui beriman di dalam Yesus Kristus. Empat Hukum Rohani adalah cara sederhana untuk menata informasi penting mengenai Injil ke dalam empat butir.

Hukum yang pertama dari Empat Hukum Rohani adalah “Tuhan mengasihi Anda dan memiliki rencana yang indah bagi hidup Anda.” Yohanes 3:16 memberitahu kita, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 10:10 memberi kita alasan kedatangan Yesus, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Apa yang menghalangi kita dari kasih Allah? Apa yang menghalangi kita dari hidup yang berkelimpahan?

Hukum yang kedua dari Empat Hukum Rohani adalah “Manusia telah dinodai oleh dosa dan karena itu terpisah dari Tuhan sehingga kita tidak dapat mengenal rencana Allah bagi hidup kita.” Roma 3:23 meneguhkan hal ini, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Roma 6:23 memberitahu kita akibat dari dosa, “upah dosa ialah maut.” Tuhan menciptakan kita supaya kita bersekutu dengan Dia. Namun manusia membawa dosa ke dalam dunia dan karena itu terpisah dari Allah. Kita telah merusak hubungan yang Tuhan mau kita miliki. Apa solusinya?

Hukum ketiga dari Empat Hukum Rohani adalah “Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keluar dari dosa-dosa kita. Melalui Yesus Kristus dosa kita diampuni dan hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan kembali.” Roma 5:8 memberitahu kita, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” 1 Korintus 15:3-4 memberitahukan apa yang kita perlu tahu dan percaya supaya bisa diselamatkan, “bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci…” Dalam Yohanes 14:6, Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan, Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Bagaimana saya dapat menerima angerah keselamatan yang begitu indah ini?

Hukum keempat dari Empat Hukum Rohani adalah, “Kita harus beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita agar dapat menerima anugerah keselamatan dan mengetahui rencana indah Tuhan bagi hidup kita.” Yohanes 1:12 memberikan gambaran sedemikian kepada kita, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Kisah Rasul 16:31 mengatakan dengan sangat jelas, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat!" Kita diselamatkan semata-mata karena anugerah, hanya melalui iman di dalam Yesus Kristus (Efesus 2:8-9).

Jikalau Anda mau percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, ungkapkan kepada Tuhan kata-kata berikut ini. Sekedar mengucapkan kata-kata ini tidak akan menyelamatkan Anda, hanya percaya kepada Tuhan Yesus yang akan menyelamatkan Anda. Doa ini hanyalah sebuah cara sederhana untuk mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan untuk bersyukur kepadaNya untuk keselamatan yang Dia telah sediakan. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman saya sehingga melalui iman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya bertobat dari dosa-dosaku dan percaya kepadamu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang ajaib, karunia hidup kekal! Amin!

Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di sini? Jika demikian, klik pada tombol “Saya telah menerima Kristus pada hari ini” di bawah.

Pertanyaan: Apa agama yang tepat bagi saya?

Jawaban: Restoran cepat-saji memancing kita dengan mengijinkan kita memesan makanan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Beberapa rumah kopi membanggakan ratusan macam rasa dan jenis kopi yang mereka jual. Bahkan dalam membeli rumah dan mobil, kita bisa memilih opsi dan fitur yang sesuai dengan keinginan kita. Kita tidak lagi terbatas dengan coklat, vanila atau strawberry. Pilihan, itu adalah raja. Anda dapat memperoleh apapun sesuai dengan kesukaan dan kebutuhan pribadi Anda.

Jadi bagaimana dengan agama yang persis Anda inginkan? Bagaimana dengan agama yang tidak membuat rasa bersalah, tidak ada penuntutan dan tidak dipenuhi dengan harus begini dan tidak boleh begitu? Agama seperti itu ada, tetapi dapatkah kita memilih agama seperti memilih rasa es krim?

Dalam dunia ini ada banyak suara yang mencoba menarik perhatian kita; jadi mengapa kita harus mempertimbangkan Yesus lebih dari Muhammad atau Konghucu atau Budha atau Charles Taze Russell atau Joseph Smith? Bukankah semua jalan menuntun ke surga? Bukankah pada dasarnya semua agama sama saja? Yang benar ialah: tidak semua agama menuntun ke surga, sama seperti tidak semua jalan membawa kita ke Jakarta.

Hanya Yesus sendiri yang berbicara dengan otoritas Tuhan karena hanya Yesus yang telah mengalahkan kematian. Muhammad, Konghucu dan lain-lainnya tetap tinggal dalam kuburan sampai hari ini, tetapi Yesus, dengan kuasaNya sendiri, keluar dari kubur pada hari yang ketiga setelah mati dengan keji di salib. Setiap orang yang berkuasa atas kematian patut mendapat perhatian kita. Setiap orang yang berkuasa atas kematian patut untuk didengar.

Bukti-bukti yang mendukung kebangkitan Tuhan Yesus sangat banyak. Pertama-tama, ada kurang lebih 500 saksi mata yang menyaksikan Yesus yang bangkit! Jumlah tsb adalah jumlah yang banyak. Lima ratus suara tidak boleh diabaikan begitu saja. Ditambah lagi dengan kubur kosong. Para musuh Yesus dapat dengan mudah menghentikan pembicaraan mengenai kebangkitan Yesus dengan memperlihatkan mayat Yesus yang mulai membusuk, tapi mereka tidak dapat memperlihatkan mayat Yesus. Kubur Yesus kosong! Dapatkah para murid mencuri mayat Yesus? Tidak mudah. Untuk mencegah hal itu kubur Yesus dijaga oleh para tentara yang bersenjata. Mengingat bahwa para pengikut Yesus lari ketakutan saat Yesus ditangkap dan disalibkan, kecil sekali kemungkinan untuk sekelompok nelayan yang ketakutan ini untuk berani datang menghadapi para tentara yang profesional dan terlatih. Fakta berbicara, kebangkitan Tuhan Yesus tidak dapat diabaikan begitu saja!

Sekali lagi, setiap orang yang berkuasa atas kematian pantas untuk didengar. Yesus membuktikan kuasaNya atas kematian, kita perlu mendengar apa yang Dia katakan. Yesus mengklaim sebagai satu-satunya jalan keselamatan (Yohanes 14:6). Yesus bukan salah satu jalan; Dia adalah satu-satunya jalan.

Dan Yesus yang sama ini berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Hidup dalam dunia ini adalah hidup yang berat. Banyak di antara kita yang bercucuran darah, dan babak belur dalam dunia ini. Betul? Jadi apa yang Anda inginkan? Pemulihan atau sekedar sebuah agama? Juruselamat yang hidup atau salah satu dari sekian banyak “nabi” yang mati? Hubungan yang bermakna atau upacara-upacara yang kosong? Yesus bukan salah satu pilihan, Dia adalah satu-satunya pilihan!

Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari pengampunan (Kisah Rasul 10:43). Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari hubungan yang berarti dengan Tuhan (Yohanes 10:10). Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari rumah kekal di Surga (Yohanes 3:16). Tempatkan iman Anda kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamatmu, Anda tidak akan menyesal! Percayalah kepadanya untuk pengampunan dosamu, Anda tidak akan dikecewakan.

Jikalau Anda ingin memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda beriman kepadaNya dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia sediakan bagi Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah, yaitu karunia hidup kekal! Amin!”

Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di sini? Jika demikian, klik pada tombol “Saya telah menerima Kristus pada hari ini” di bawah.